Saturday, February 15, 2014

RAIN OF SORROWS

hari ini aku benar-benar terjatuh.
Aku terpuruk dalam kekecewaan.
Aku sangat sedih.
Aku harapkan hujan ini tak cepat reda.
Karena aku masih membutuhkannya tuk redakanku.
Biarkan aku larut dalam kesalku dan sesalku bersamanya.
Menenangkanku,
Menjernihkan pikirku,

Seorang Adik menghampiri kakaknya dengan memakai payung.
“kak!!”
Sang kakak masih diam tak bergeming.
“kak..”
Belum selesai bicara. Sang kakak sudah memotong duluan,”Sudah masuk ke rumah sana!”. “Tapi…”
“Sudahlah saat ini hati kita sedang jauh. Percuma kita bicara”
Si adik malah membuang payung dari tangannya dan ikut duduk hujan-hujanan di kursi taman yang ada di dekat rumah mereka.
Sang kakak cuman melihatnya dan tak berkata apa-apa.
Selang beberapa waktu, sang adik kembali mencoba membuka percakapan.
“kak”
“aku ingin hatiku dekat dengan hati kakak”
“kak, boleh aku…”
Belum selesai ngomong, sang kakak yang sudah tahu maksud hati sang adik pun berkata dengan lirihnya,”iya, adikku. Kakak akan mendengarnya”
“kak, aku bingung. Apa kakak benci pada ayah?”
Sang kakak tak menjawab. Dia tetap diam dengan kepala menunduk.
“Aku tahu kasihan ibu kalau harus hidup dengan keadaan ayah yang seperti itu. Ayah yang sering membuat aku, kakak, dan juga ibu terluka. Tapi, terkadang ayah juga baik. Ayah jadi pribadi yang menyenangkan buat kita. Dan apa kakak tahu kalau ibu sebenarnya cinta dengan ayah walaupun ayah sering melukai ibu dengan sifat-sifat buruknya yang tak bisa diubah itu?”
“iya.aku tahu. Terus kenapa?”
“Terus…Terus kenapa kakak seperti ini?”
“Oke. Oke. Dulu kita memang sempat bertanya pada diri kita sendiri kenapa ibu tidak bercerai saja dengan ayah? Begitukan? Karena kita kasihan pada ibu”
“iya. Kakak juga pernah bilang ke aku kalau alasannya juga adalah karena keadaan keluarga kita yang seperti itu tidak baik untuk perkembangan adik kita yang masih kecil. Apalagi dia cewek, dia bisa saja trauma”
“iya. tidak baik anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak harmonis. Tapi, bagaimana juga dengan keluarga broken home. Dik, mendadak kakak kecewa”
“kenapa?”
“karena aku berpikiran kalau aku tahu kalau ibu itu orang yang sangat sabar. Orang yang tabah. Orang yang tangguh. Pokoknya ibu itu hebat. Tapi entah kenapa aku ingin ibu tetap bertahan. Tetap terus bersabar karena aku berharap ibu bisa masuk surga dengan jalan seperti itu. Menjadi seorang istri yang baik. Seorang ibu yang baik”
“Tapi, kak…kenyataan yang harus kita terima adalah kita kan menjadi anak2 broken home. Ibu sudah harus pisah dengan ayah”
“Dik, aku malu padamu. Kamu bisa menerima keadaan ini. Sementara aku…”
“sudahlah kak”
Dalam hati, sang adik berkata,”aku tahu kak! Ini sulit bagimu. Karena dengan tidak adanya ayah, kakak yang akan mencoba menggantikan perannya. Aku heran denganmu kak! Bagaimana bisa kakak menjadi pribadi yang sangat bertanggung jawab sementara ayah tak pernah sedikit pun memperlihatkan pada kita tentang tanggung jawab. Aku akan membantumu kak! Membantu ibu juga!”
“Dik, apa aku boleh minta tolong?” pinta Sang kakak.
“iya. Apa?”
“Adik masuk ke rumah gih. Ujan-ujanan kayak kakak nanti sakit lhoh. Nanti malah merepotkan ibu”, ucap Sang kakak.
“terus kakak?”
“kakak tetap disini. Kakak ingin tetap bersama hujan”
“Baiklah” sang adik pergi menuju ke rumah dan meninggalkan kakaknya.
Kakak,
Hujan siang ini menjadi saksi kesedihanmu.
Hujan siang ini membantu menyembunyikan air matamu dariku.
Aku tahu anak laki-laki harusnya nggak boleh nangis.
Tapi, aku coba mengerti keadaanya.
Kakak adalah anak pertama.
Aku tahu bagaimana beban yang akan kakak terima.
Kakakku.
Aku percaya kakak bisa menjadi kakak yang baik untuk aku dan adik.
Aku percaya kakak bisa menjadi anak yang baik untuk kedua orang tua.
Meski mereka sudah gak bisa bersama.
Dan aku tahu walaupun kakak juga terluka karena ayah. Kakak nggak bisa untuk membenci ayah. Kakak tetap akan bisa menerimanya sebagai ayah.
Hujan,
Tenangkan kakakku.
Sampaikan padanya kalau broken home bukanlah akhir tapi, awal untuk kehidupan yang lebih baik. Dan untuk itu harus tetap semangat dan terus berjuang.

No comments:

Post a Comment