Wednesday, February 21, 2018

Iseng Level: Stalking Facebook Sendiri

5:10 AM 0 Comments
13 Februari 2018. Saya stalking facebook saya sendiri. Membaca kembali apa yang sudah pernah saya tulis beberapa tahun yang lalu. Boleh dibilang saya cukup akrab juga dengan facebook. Cukup sering menjawab pertanyaan dari facebook soal apa yang saya pikirkan.
Buah dari stalking facebook sendiri adalah saya menyimpulkan kalau periode alay saya ada di tahun 2009-2010. Ya, memang awal bermain facebook itu tahun 2009 juga sih. Kadar ke-alay-an nya itu dimana menulis status dengan bahasa sok imut dan kombinasi huruf kecil dan huruf kapital. Kalau soal kombinasi sayua jarang pakai. Repot juga ngetiknya dan ganggu di mata plus nyusahin bacanya. Dulu itu saya kalau di facebook atau di SMS kalau nulis yang ada “nya” nya itu huruf “y” nya hilang. Misal: semuanya jadi semuana. Hahaha. Terus, kalau nulis sampai itu jadi mp3. Kenapa 3? Karena di keyboard hp yang bukan qwerty itu tinggal dipencet aja rada lama tombol yang huruf “def” nanti langsung keluar angka 3. Daripada huruf “e” harus pencet dua kali baru keluar. Ada lagi, kalau ketemu kata yang berakhiran huruf “n” jadi ketambahan huruf “d”. Contoh: teman jadi temand. Keren jadi kerend. Hahaha. Yang ini ditiru juga sama teman saya. Paling lainnya itu yang kayak sih diubah nulisnya jadi cie… Hahaha. Sok imut alay banget yak? Bikin pengen muntah yak? Tapi, menurut saya masih mending dari pada ada yang lebih parah itu kalau nggak salah huruf “x” buat mewakili “nya”. Atau gimana ya… saya pernah dapat pesan dari adik kelas, saya kesusahan bacanya karena dia terlalu banyak memakai huruf x.
Oiya, baca-baca status lama jadi membuat saya tahu juga siapa teman yang kerap memberikan komentar. Saya juga jadi mikir kalau upadate-an status saya di facebook itu banyak nggak jelas dan bikin teman-teman di facebook salah paham juga. Kayak pengen ngomong ke diri sendiri: “Kenapa beginian pakai ditulis di facebook?”, “Kenapa sedikit-sedikit, apa-apa ditulis di facebook?”. Saya juga cukup sering membuat notes di Facebook. Isinya ya kalau nggak copasan artikel-artikel motivasi ya tulisan sendiri atau cerpen sendiri.
Sekarang nggak begitu aktif lagi di facebook. Hanya sesekali aja berkunjung. Dulu sempat beberapa kali juga merasa lesu bermain facebook karena teman-teman mulai nggak asik. Hahaha. Banyak kata-kata kasar dan nggak jelas.
  
  Selasa, 20 Februari 2018
  10:46

Si Tampang Pas-Pasan

5:08 AM 0 Comments
 “Tampangku pas-pasan. Pas kalau disandingkan sama anak kelas 6 SD atau SMP kelas VII. Hahaha. Dikira sama temen sendiri”
*Buah dari stalking facebook sendiri pada 13 februari 2018. Sementara status tersebut dibuat pada 12 Maret 2010.
Rasanya pengen ketawa. Nggak nyangka saja dulu bisa nulis kayak gitu. Hahaha. Status itu saya tulis lagi disini dengan memperbaiki EYD.
  
  Selasa, 20 Maret 2018
  10:18

Tuesday, February 13, 2018

Dilan, Rindu, dan TTS

3:35 AM 0 Comments
Dilan 1990
Dilan
Dilan 1990
Dilan
Siapa nih yang DILANda demam Dilan? Belakangan ini sedang booming filmnya. Film remaja yang diangkat dari novel populer yang sudah ditonton berjuta-juta manusia. Novelnya sendiri katanya berdasarkan kisah nyata. Jadi, Dilan dan Milea itu ada di dunia nyata. Dan sepertinya hal itu mengundang tanda tanya publik tentang siapakah gerangan mereka. Bagaimana wujud mereka. Publik yang penasaran pun gencar mencari tahu dan berteori sendiri. Sementara penulisnya bilang sudah ada perjanjian dengan Dilan dan Milea asli kalau no publikasi. Tapi, publik nggak sedikit juga yang meyakini kalau penulisnya sendirilah yang merupakan Dilan.
Saya sendiri tahu Dilan itu awal-awal nggak sengaja sewaktu nonton tv terus disuatu acara tv gitu dikenalkanlah cast pemain Dilan dan Milea. Ada Iqbaal yang terkenal lewat coboy juniornya sebagai Dilan dan adiknya Sissy
Prescilla yaitu Vanesha Prescilla sebagai Milea. Nah, udah deh ternyata ramai juga tuh saya amatin di jagad pertwitteran. Pada bertanya-tanya kok cast yang jadi Dilan itu Iqbaal? Bukan Adipati Dolken atau Jefri Nichol atau Gusti Reyhan yang tampang bad boy nya lebih dapat daripada Iqbaal yang kelihatan terlalu imut buat meranin Panglima Tempur geng motor. Begitulah netizen maunya pemain Dilan versi mereka tapi penulisnya sudah memilih maunya itu Iqbaal, gimana? Penulis percaya Iqbaal bisa membawakan karakter Dilan dengan baik. Selanjutnya ketika trailer filmnya keluar, geger lagi. Netizen bilang gombalan-gombalan Dilan kerasa datar aja padahal kalau di novel bisa bikin senyum-senyum sendiri. Sekali lagi muncul keraguan Dilan dibawakan oleh Iqbaal. Terlampau jadi pengamat atas keramaian soal Dilan, saya sendiri akhirnya memutuskan untuk menjadi pembaca novelnya. Hahaha. Iya dari awal saya memang nggak tahu bagaimana cerita novel Dilan. Setelah baca lalu nonton trailernya saya cuma bisa berkata "eh iya bener lho..datar aja gitu". Ada beberapa gombalan yang di novelnya menurut saya itu epik eh di trailernya dibawakan datar aja gitu. Tapi, tenang aja, setelah netizen menonton film Dilan secara keseluruhan kesangsian akan Iqbaal sebagai Dilan sirna sudah. Berganti dengan banjir pujian. Nggak salah cast.
Beberapa hari yang lalu saya baru saja menyelesaikan membaca novel Dilan yang kedua dan ketiga. Ya, memang berjarak cukup lama dari ketika saya membaca novel Dilan yang pertama. Habisnya dulu ada yang bilang yang kedua dan ketiga kurang begitu bagus dari yang pertamanya. Tapi, akhirnya saya memutuskan baca yang kedua dan ketiga juga setelah sebelumnya sempat kena spoiler ending kisah Dilan-Milea di twitter. Dan saya nggak mau spoiler disini. Hahaha. Yang penasaran baca aja sendiri novelnya. Kalau novel Dilan yang ketiga itu ceritanya diambil dari sudut pandang Dilan.

Buat novel Dilan yang pertama, ada beberapa hal yang saya suka. Dan itu adalah bagian yang soal rindu, hadiah ulang tahun berupa TTS yang sudah diisi semua dan yang Dilan mengancam mau bakar sekolah kalau kepala sekolah berani tampar Milea. Ngeri juga ini si Dilan. berani banget. sampai segitunya. Ada beberapa hal juga yang mencuri perhatian saya. Seperti soal Dilan yang suka sastra, Milea yang agak kurang saya suka karakternya karena sebagai perempuan cantik. sudah punya pacar. cuma lagi LDR. Jadi orang cantik memang biasanya banyak yang suka. Tapi, kalau sudah ada yang punya kalau dideketin sama yang lain kenapa tetap mau-mau aja? Welcome aja gitu?. Terus soal kedekatan Milea dengan Bundanya Dilan. Saya pikir-pikir itu pacaran masih SMA sudah dikenalin ke keluarga ya... Hahaha. Pacar sama calon mertua sudah dekat gitu. Kalau dihitung itu novel  pertama kan setting Dilan ditahun 1990, novel kedua settingnya Dilan di tahun 1991. Ini pacarannya cuma setahun aja ya?
Tentang karakter Dilan yang suka sastra dan gaya berbahasanya kok mengingatkan saya sama diri saya sendiri. Hahaha. Saya juga pernah ingin ngomong ke mamah saya kayak gini: “Mamah nggak usah kangen aku. Biar aku yang kangen mama". Tapi, saya urungkan niat saya itu karena saya takut dikeplak kakak saya sambil dibilang "udah nggak usah sok keren" Hahaha. Saya memang nggak bilang kalau rindu itu berat kayak  yang dikatakan Dilan tapi bilang biar aku saja. Ya nggak ingin merepotkan tapi kayaknya ngomong kayak gitu ke mamah ya percuma. Seorang ibu bakalan tetap memikirkan anaknya, rindu anaknya. Biarpun diminta untuk jangan. Dilan juga kalau ngomong ke Milea kayak minta izin dulu. Kayak pas bilang: "Assalamu'alaikum jangan?". Saya juga gitu. Sebelum bertindak ke orang-orang itu tanya dulu kayak: "galau boleh?". Tapi, kalau Dilan begitu biar so sweet kali ya... Kalau saya bukan ke aspek manisnya tapi lebih karena ingin sopan aja. Biarpun malah kata orang, apa-apa kalau tanya dulu malah kesannya kaku. Hahaha. Mungkin karena sama-sama suka baca (suka sastra) dan suka nulis-nulis puisi juga jadinya pemikiran dan gaya bahasa agak mirip.
Soal ngasih hadiah ulang tahun berupa TTS yang sudah diisi semua dan dicovernya dicorat-coret ditulisin pesan ucapan itu asli kocak dan beda banget. Hahaha. Saya nggak menjalani masa remaja saya di era 90-an. Tapi, ketika akhir 90-an dan awal 2000-an waktu itu saya masih kecil kakak-kakak saya suka itu maen ngisi TTS. TTS yang biasanya gambar sampul depannya perempuan cantik. Hahaha. Dulu belinya itu kayak ditempat orang jual koran, majalah dan komik gitu. Kalau perkembangannya sekarang ini saya kurang tahu. Yang saya tahu kalau era sekarang sih TTS nya Cak Lontong. Hahaha. Kalau dulu kakak perempuan saya seperti tukeran gitu adu TTS sama gebetannya kayaknya. Jadi saling ngisi TTS sampai selesai terus kalau sudah selesai ditukar gitu. Entahlah. Saya juga bingung. Mana saya waktu itu masih kecil juga. Pokoknya kakak perempuan saya ngisi TTS nya serius banget sampai nyari jawabnnya buka-buka buku.
Kalau menurut saya, sosok anak laki-laki kayak Dilan ini memang ada sih di dunia nyata. Anak yang kalau ngomong kayak ngawur, ngelantur ngalor-ngidul tapi bisa bikin yang dengar ketawa senang. Bikin mengalir aja percakapannya. Bikin orang yang terlibat percakapan dengannya akan bilang  kalau ngomong sama dia itu Asik aja gitu. Tapi, orang kayak gini kadang akan dinilai nggak bisa serius karena obrolan-obrolan ringannya yang meski kayak bercanda tapi tetap mengena. Anak yang anti mainstream, kelakuannya ada-ada aja.

Panjang juga ini ternyata bahas soal Dilan. Hahahaha. Ya sudah ya.. cukup sekian saja.
 
  Selasa, 13 Februari 2018
  00:43

Dear Nathan: Tentang Cinta dan Gadis Kaku

3:28 AM 0 Comments
Hidup saya random edisi tiba-tiba pengen baca novel Dear Nathan. Selesai baca  novelnya yang tebal itu saya nonton filmnya. Hehehe. Novelnya sendiri ternyata  berawal dari karya di wattpad si penulis. Di luar dari segala kontroversinya (soal plagiat) saya lebih ingin bahas sedikit soal karakter utama dalam novel tersebut dan soal filmnya.
dear nathan
Nathan dan Salma
Karakter Salma di novel ini menarik perhatian saya. Salma diceritakan sebagai anak SMA kelas X dengan status anak pindahan dan belum pernah pacaran. Belum pernah pacaran. Rasanya pengen saya garis bawahi atau saya stabilo gitu. Hehehe. Jadi, Salma yang belum pernah pacaran ini dikejar sama bad boy di kelas X yang bernama Nathan. Dia yang tanpa pengalaman berpacaran itu merasa nggak percaya aja ada anak laki-laki yang ngejar dia. Dia juga takut karena Nathan yang biarpun ganteng tapi troublemaker di sekolah. Suka terlambat datang ke sekolah, suka berantem, suka ngerokok dan lain sebagainya yang sudah pasti melanggar peraturan sekolah. Tapi, Nathan beneran suka sama Salma.
Saya suka interaksi antara Nathan dan Salma. Lucu aja gitu. Tiap kali Nathan ngegombalin Salma, Salma pasti langsung mengeluarkan jargon andalannya: "Geli". Hahaha. Nathan sampai hafal. "Apaan sih Nath, Geli" kata Salma. Hahahaha.
Saya suka akhirnya Salma mengakui perasaannya lewat surat. Salma yang bilang kalau dirinya itu gadis kaku. Saya pikir ya memang kayak gitulah anak yang belum pernah pacaran. Nggak tahu caranya ngehadepin anak laki-laki. Nggak percaya kalau ada yang nge-pdkt-in dia. Nggak percaya kalau ada yang ngejar dia sampai segitunya. Nggak tahu kalau dikirimi pesan "love you" itu harusnya dibalas "love you too". Hahaha. Buatnya itu semua hal baru dalam hidupnya. Tapi, kalau yang ngedeketin ngejauh, dicariin. Dikiranya marah. Bilang maaf karena mengira sudah bikin salah. Hehehe. Salah tingkah. Salah paham. Kalau di novelnya pas denger dari temannya Salma kalau Salma itu belum pernah pacaran, Nathan sempat merasa kaget juga. “Kenapa gue nggak pernah sadar juga, ya? Pantesan aja dia selalu jaga jarak kalau liat gue. Tiap kali gue deketin, dia kelihatan malu-malu” kata Nathan.
Kalau versi filmnya saya suka ending scene nya. Yang hujan-hujanan dan mengulang pertemuan pertama kali mereka. Pintu gerbang sudah ditutup. Salma telat dan ketemu sama Nathan. "Saya seneng kamu ngomong Aku-Kamu. Berasa kayak orang pacaran beneran" kata Nathan. Sementara itu, Nathan lebih memilih ngomongnya pake kata saya walau sempat dikoreksi oleh Salma. "Aku bukan Saya. Kan kita udah pacaran" kata Salma. Lalu Nathan menjawab "Nggak ah. Saya lebih romantis daripada Aku". Saya juga suka ide handsaplast yang ada di film. Dan itu nggak ada di novelnya. Filmnya sendiri memang nggak 100% sama dengan novelnya.
Di real life, untuk mode "aku-kamu" atau "saya-kamu" kok menurut saya berlaku bergantung suasana hati dan dengan siapa berbicaranya. Tapi, buat orang yang daily default settingnya mode ini rasanya kok nothing special ya. biasa aja. bukan supaya romantis tapi memang lebih kepada supaya sopan. Saya sehari-hari dominan chat sama teman-teman atau kakak-kakak saya itu pakai "Aku-Kamu". So, not must in relationship alias pacaran. Sementara itu saya pakai kata ganti saya kalau buat nulis status atau seperti pas ngeblog juga. Tapi, pernah juga ada teman saya membalasi chat saya dia pakai kata ganti saya. Hahaha. Saya juga sempat bertanya ke diri saya sendiri juga "nggak takut dikira kaku karena berbahasa baku? pakai "saya-kamu" atau "aku-kamu"?" Hmm… Ya biarpun begitu, kadang emang sedikit merasa aneh dan takut ada yang baper karena saya juga. Tapi, sesungguhnya saya nggak ada maksud apa-apa selain hanya ingin sopan saja.
  
  Selasa, 13 Februari 2018
  01:35