Friday, November 15, 2019

15november2019

10:32 AM 0 Comments

Rasanya mungkin postingan ini jadi postingan satu-satunya di tahun ini di blog ini. Hehehe. *edit* setelah cek blog ternyata ini postingan kedua di tahun ini. Maaf ya soalnya lama ga nengokin blog ini. Dan saya bingung harus cerita apa, karena hidup saya masih kayak gini-gini aja. *uhuk* berantakan *uhuk* Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya selalu punya keinginan buat dilakukan dalam rangka menyambut hari kelahiran. Untuk tahun ini sepertinya semuanya nggak terealisasikan. Hehehe. Saya sempat dilema dengan birthday project saya buat tahun ini. Iya, pengen ngedit foto disusun biar membentuk hati (love) gitu tapi kok rasanya alay/cringe/cheesey ya karena saya sudah cukup berumur. Hahaha. Mana rencana mau diupload di instagram lagi. Hahaha. Semalam sudah mencoba buat ngedit tapi akhirnya saya urungkan niat saya itu. Hahaha. Selain karena alasan di atas yak arena saya nggak punya banyak stok foto. Hahaha. Anaknya jarang foto-foto sih.

Yang kedua sebenarnya pengen sebelum hari ulang tahun mau ngehafalin asmaul husna. Jadi pas ulang tahun sudah hafal gitu. Tapi, nggak terealisasikan juga. Tapi, rasanya bakalan tetap melanjutkan buat merealisasikannya selepas ulang tahun. Semoga terealisasi! Tolong beri hamba kemudahan dalam menghafalnya Ya Allah. Aamiin.

Semakin berumur, sebenarnya semakin gimana gitu ya sama momen ulang tahun. Seperti bukan menjadi sesuatu yang harus dihebohkan ketika masih kecil atau masih remaja. Hehehe. Dan ya udahlah kalau semakin nggak ada yang ingat juga. Hahaha. Seperti biasa yang menotice ulang tahun saya itu Twitter. Hahaha. Thank You. Dapat balon-balon terbang. Hehehe.

Dan saya cuma mau bilang: “Happy Birthday Na… nggak kerasa ya bisa nyampe sejauh ini. Terima kasih sudah bertahan hidup sampai sejauh ini. Please keep alive. Bagaimanapun keadaanmu. Semoga cepat membaik. Mari Bahagia”



Jum’at, 15 November 2019
10:30

Friday, January 4, 2019

Duka

6:20 AM 0 Comments
21 Desember 2018. Siang itu di hari Jum’at saya belum sampai menyendokkan makan siang saya ke mulut saya, anak kecil depan rumah datang menemui saya dan mengabari saya untuk segera ke rumahnya karena budhe saya kritis. Saya batal menyantap makan siang saya dan memutuskan menyimpannya dulu. Saya segera ke rumah budhe.
Di rumah budhe, saya melihat wajah budhe sudah pucat. Menantu kedua budhe membimbing budhe untuk menyebut asma Allah. Sementara anak bungsu budhe membacakan yasin di sebelah budhe terbaring. Saya sendiri lantas dimintai tolong untuk memanggil anak sulung budhe. Seingat saya orangnya ada di rumah karena sudah pulang dari menyopir luar kota-an. Ternyata anak sulung budhe tidak ada di rumah. Dia pergi entah kemana. Yang ada hanya putranya. Lalu putranya dikabari untuk segera mencari bapaknya karena kondisi budhe yang sudah kritis.
Saya kembali ke rumah budhe. Budhe seperti sudah mau pergi untuk selama-lamanya. Anak kedua budhe meminta tolong saya untuk memanggil tetangga saya yang biasanya menggali kubur untuk warga desa yang meninggal. Baru saya mau jalan ke rumah beliau, beliau sudah berjalan ke arah rumah budhe saya. Saya pun menyampaikan kondisi budhe saya. Beliau sempat bertanya apa budhe saya sudah tidak ada? Saya gugup menjawab dengan tidak jelas. Karena saya juga bingung saya belum tahu pastinya. Saya pun masuk kembali ke rumah budhe dan pukul 2 siang budhe sudah tidak lagi bernafas. Budhe pergi menghadap Allah. Meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Tangis saya pun pecah. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana. Saya lalu mencoba untuk menenangkan diri saya sembari mengabari semua kakak saya dan juga mama saya. Kalau bapak sudah saya kasih tau ketika saya mau ke rumah budhe, saya bilang kalau budhe kritis. Saya pun menenangkan anak kecil (cucu budhe) yang masih terus menangis.
Budhe dimakamkan sekitar pukul 8 malam.
Ya Allah ampunilah segala dosanya. Terimalah amal ibadahnya.
Lapangkanlah kubur beliau. Aamiin.
Sebenarnya kami bingung. Sebelum meninggal kondisi budhe saya ini sakit kurang lebih memang hampir setahun. Budhe jatuh sakit di sekitar desember 2017 dan meninggal di desember 2018. Selama sakit itu fisiknya jadi mengurus. Dan beliau hanya bisa berbaring di kasur. Kata orang kalau sakit lama begitu itu kasihan yang sakit dan kasihan yang merawat. Tapi, walau sakit begitu kan yang sakit itu masih hidup dan rasanya tidak etis kalau mendo’akan untuk meninggal. Dan sebagai yang masih hidup dan sehat harus membantu merawatnya. Saya kerap menengok budhe dan membantu menjaganya ketika pagi. Rasanya sedih.
Kehilangan itu pasti. Tapi, Kami ikhlas.
Selamat Jalan Budhe…
 
  Kamis, 03 Januari 2019
  10:54