Monday, June 1, 2015

Mendidik Anak

2:30 AM 0 Comments
Semua orang mungkin pernah berandai-andai tentang kehidupan masa depannya. Membayangkan dan kemudian membuat rencana-rencana tentang apa yang akan dilakukannya di masa depan. Salah satunya mungkin adalah tentang berkeluarga serta mendidik anak. Tapi, sebenarnya saya ingin berkomentar seperti ini: "percuma saja merencanakan untuk mendidik anak seperti ini dan itu kalau kalian tidak punya kebersamaan dengan anak itu sendiri". Kenapa saya bilang seperti ini? Karena realitanya sekarang ini, kebanyakan para ibu berat untuk melepas pekerjaan mereka dan berkonsentrasi penuh sebagai ibu rumah tangga di rumah mendidik anak mereka. Para ibu malah menjadi wanita karir dan masalah untuk mengurus anak mereka menitipkan anak mereka ke pengasuh anak atau ke nenek si anak. Lantas bagaimana dengan rencana mendidik anak yang sudah dibayangkan sebelumnya? Apa rencana itu kalian beritahukan ke pengasuh anak untuk mendidik anak kalian seperti yang kalian inginkan? Apa kalian yakin mempercayakan anak sendiri untuk diasuh dalam beberapa jam sehari-harinya ke pengasuh atau kerabat keluarga? Jujur ada nilai pendidikan orang jaman dulu dalam mendidik anak yang kurang saya sukai. Contohnya saja ketika si anak jatuh lalu menangis, orang tua (orang jaman dulu) akan menyalahkan lantainya atau menyalahkan binatang. Sementara seharusnya kita realistis saja apa penyebab jatuhnya si anak. Kita tidak boleh memarahi atau menyalahkan si anak juga tapi kita lebih kepada meminta dia next time harus lebih hati-hati supaya tidak jatuh. Teman saya malahan pernah ada bilang jangan sampai ibu kita (nenek si anak) yang mengurus si anak. Kenapa? Karena Ibu kita sudah lelah mengurus dan membesarkan kita. Jadi, kenapa beliau juga harus mengurus generasi kita selanjutnya (cucunya) dimana itu seharusnya menjadi tugas kita. Memang sebagai orang tua baru masihlah harus banyak belajar karena masih banyak hal yang tidak diketahui perihal mendidik anak. Tapi, bukan berarti harus menyerahkan sepenuhnya ke pengasuh atau kerabat keluarga. Bukankah orang tua rasanya lebih tenang kalau buah hati ada dalam pengawasan serta pendidikan sendiri.
Duh malah menulis tentang hal semacam ini! kayak sudah berkeluarga dan punya anak saja! hehehe... sebelumnya mohon maaf ya... saya hanya ingin berbagi pendapat saya saja. Kalau ada yang salah mohon maaf juga ya...

Menjadi Bapak

2:29 AM 0 Comments
Pernahkah kalian menonton drama jepang "Kaseifu no Mita"? yang belum nonton, nonton gih! bagus! hehehe. Disini saya bukan mau mereview drama ini, hanya saja saya ingin bercerita tentang kesan saya setelah nonton drama itu. Kalau boleh sedikit bercerita tentang cerita dari drama itu sendiri, drama ini mengisahkan tentang seorang asisten rumah tangga bernama Mita yang bekerja di keluarga yang berantakan. Keluarga itu terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan serta seorang ayah yang selingkuh dari istrinya dan istrinya bunuh diri. Mita sendiri orangnya misterius dan dalam bekerja dia akan melakukan semua yang diperintahkan oleh majikannya, termasuk untuk membunuh orang. Cukup segini ya ceritanya, yang penasaran tonton saja dramanya. Kembali lagi ke tujuan utama dari tulisan saya ini, setelah menonton drama tersebut saya jadi menyadari kalau tidak semua pasangan menikah itu siap untuk menjadi orang tua. Termasuk yang sangat kelihatan di drama ini adalah karakter si ayah. Tidak semua married man siap untuk menjadi seorang bapak. Di drama ini yang saya lihat seperti itu. Dia bingung mengurusi anak-anaknya dan seperti tidak peduli dan tidak cinta ke anaknya sendiri. Jujur saja sekarang ini saya sedang merasa semakin saya besar semakin ayah saya benci ke saya. Nggak tahu kenapa! Ayah saya tidak pernah bertanya ke saya kalau saya pulang malam entah selepas maghrib atau isya' padahal saya jarang sekali keluar rumah. Beliau seperti tidak peduli dengan saya. Bahkan ketika saya masih kecil atau masih sekolah beliau selalu marah tiap kali saya sakit. Heran saya! Anak sendiri sakit malah dimarahin. Padahal orang sakit kan wajar saja kalau muntah-muntah tiba-tiba dan dimana saja. Tapi, anehnya saya sering menanyakan ke orang rumah tentang keberadaannya. Saya sering bertanya: "Ayah mana?" atau saya juga sering bertanya ke beliau langsung: "Sudah makan?" atau "Sudah mau kerja?". Saya sendiri pun nggak ngerti kenapa saya seperti itu.