Monday, October 26, 2015

Sudut Pandang

6:09 AM 0 Comments
Saya pernah membaca orang menuliskan seperti ini:
Konyol adalah ketika ada orang yang bilang:
“udah putusin aja” tapi mereka nggak pernah punya pacar.
“udah nikahin aja” tapi mereka sendiri belum menikah.
Konyol sekali. Kenapa?
Karena nggak semua orang mengerti benar apa yang mereka katakan.
Jadi, menurut orang ini jangan gampang deh bilang “udah putusin aja” tapi belum pernah pacaran. Coba saja sealim-alimnya dirimu yang suka menceramahi orang kayak gitu kalau kamu pacaran, kalau kamu jatuh cinta... ada batasan-batasan yang nantinya akan kamu langgar sendiri. Contoh kecilnya pegangan tangan. Kan lawan jenis yang bukan mahramnya nggak boleh berpegangan tangan.
Hmm... kalau saya sendiri malah berpikiran berbeda.
Mereka yang suka koar-koar dengan tagline macam:
“udah putusin aja” atau “keep halal sampai nikah” atau “no pacaran sampai married”
Yang seperti itulah, saya rasa mereka justru sudah pernah merasakan pacaran sebelumnya.
Dan kemudian entah kenapa saya merasa terbohongi. Hahaha.
Rasanya ingin bilang “Ya sama saja boong kan ya kalau gitu. Kitanya nggak dibolehin pacaran. Tapi, dirinya sendiri sudah pernah pacaran”.
Tapi, dibalik semua itu saya bisa mengerti kok kalau maksud mereka adalah untuk mengingatkan.

Senin, 26 Oktober 2015
05:46

Perkalian

6:07 AM 0 Comments
Ada yang sudah pernah menonton drama korea yang berjudul “Modern Farmer”? Drama yang dibintangi vokalis FT ISLAND, Lee Hong Ki. Drama yang cukup menyegarkan mata karena settingnya di pedesaan yang masih banyak pepohonan hijau dan pesawahan. Tonton saja sendiri ya dramanya ceritanya seperti apa karena disini saya bukan mau mereview tentang drama itu. Disini saya mau menuliskan ada satu hal yang menarik perhatian saya setelah menonton drama itu. Ya, di salah satu episodenya ada lomba antar desa. Selain lomba yang sifatnya fisik alias berbau olahraga, ada juga lomba unjuk bakat atau keahlian. Nah, di desa yang Hong Ki bantu ternyata desa itu justru mengirimkan seorang kakek yang sudah lanjut usia sebagai perwakilan. Dan apa kalian tahu apa yang kakek itu lakukan? Kakek itu menghafal perkalian. Pas menonton itu saya pikir: “Apa-apaan nih kakek? Cuma kayak gitu?”. Tapi, sepertinya saya sudah salah sangka. Saya tahu itu hanya drama tapi dalam dunia nyata saya rasa semakin lama kemampuan itu akan tergerus oleh usia kita. Kita akan lupa dan untuk menghafal itu dengan lancar tidaklah mudah. Ya, sebenarnya salah juga sih kalau dibilang menghafal. Tapi, disini maksud saya adalah seseorang bisa mengucapkan semua perkalian dari tabel perkalian dasar tanpa salah. Ada yang pernah nonton atau mengikut variety show yang ditayangkan di KBS, yang berjudul “1 Night 2 Days”? Saya kerap kali menonton episode-episodenya dimana sering juga games yang mereka mainkan adalah game perkalian. Adu cepat menjawab soal perkalian dasar. Dan beberapa kali member sempat membuat kesalahan jawaban. Hahaha. Well, that’s just a show. But, in real life don’t you feel the same? Saya sendiri kadang merasa bingung dengan perkalian 6x7, 7x8, 6x9, 7x9, 8x9 seperti itulah. Tapi, saya sendiri dari dulu bukan menghafalkan tapi lebih berpegang pada aturan dasar. Tahukan kalau perkalian itu didapat dari penjumlahan? Misalnya 2x3 berarti 2+2+2. Jadi kalau saya menemui perkalian yang saya tidak bisa menemukan jawabannya secara langsung karena lupa atau nggak yakin, saya melakukan itu. Saya ambil perkalian terdekat dari bilangan yang menjadi soal kemudian saya lakukan penjumlahan. Hahaha.


Senin, 26 Oktober 2015

05:22

Friday, October 23, 2015

Guru Killer

9:47 AM 0 Comments
Pada suatu kesempatan keponakan saya mengeluhkan soal gurunya yang killer. Sebenarnya keponakan saya yang masih duduk di kelas 5 SD itu belum mengerti dengan istilah guru killer. Dia mengertinya kalau gurunya itu pemarah alias galak. Dia bercerita tentang gurunya yang suka memberi tugas terus. Malah tugas kerajinan tangan nggak cuma satu tapi dua. Keponakan saya juga bercerita tentang reaksi dari teman-teman sekelasnya. Dia bercerita kalau teman-temannya beberapa ada yang membantah guru killer ini. Teman-temannya lebih memilih keluar kelas ketika guru killer memberi pilihan untuk itu. Bahkan sebelum keluar kelas mereka bilang “ora urus”. Duh, yang ini nggak sopan ya! Jangan ditiru ya...Gimana dengan keponakan saya? Sesuai dugaan saya, dia nggak berani. Hahaha. Sejengkel-jengkelnya dia, dia nggak akan berani sampai pada titik itu. Keponakan saya mengeluhkan tugasnya yang banyak dan ketika tugasnya itu sudah capek-capek dia kerjakan dinilai jelek oleh guru killernya. Kecewa berat dia. Keponakan saya juga pernah ditegur oleh guru killernya ini. “Kamu di kelas jangan ngalamun!” kata guru killernya. Keponakan saya kemudian menjawab,”saya nggak ngalamun pak, ini saya lagi mikir”. Huahaha. Saya bayangkan keponakan saya yang belajar di bawah guru killer ini ekspresinya pasti lucu. Rada ingin nangis tapi dipaksa-paksain harus berani. Setelah menceritakan semuanya itu saya dan neneknya keponakan saya (mamah saya) memberikan sedikit nasihat ke keponakan saya itu. “Kalau ada tugas tetap harus dikerjakan. Nggak peduli seberapa banyak. Tetap harus dikerjakan sebisanya. Kalau nggak bisa tanya temannya yang paham kan bisa. Nggak boleh nggak sopan ke guru. Seperti apapun guru itu mau galak apa nggak”.

Tuesday, October 13, 2015

Film “Genji”

11:03 AM 0 Comments
Suatu hari keponakan saya bertanya ke saya,”Tante punya film genji?”. Dia nggak tahu judul asli filmnya. Hahaha. Dia hanya tahu nama tokoh utama di film itu karena sepertinya orang-orang pun juga lebih mengenal nama tokoh utamanya daripada judul filmnya. Kalau saya sendiri sih langsung ‘ngeh’ kalau film yang dimaksudkan oleh dia adalah film jepang yang berjudul “Crows Zero” yang dimainkan oleh Shun Oguri. Ketika pertanyaan itu dilayangkan ke saya, saya sempat heran darimana keponakan saya yang masih kelas 5 SD itu bisa tahu film sebrutal itu. “Wah bahaya”, pikir saya. Saya kemudian mencoba menjawab pertanyaannya dengan bijak,”Kamu belum waktunya menonton film itu”. Ya iyalah... kamu mau jadi apa nonton itu. Masih kecil gitu bisa-bisa besok malah jadi suka tawuran. Gawat!

Kadang saya suka menemani keponakan saya nonton film animasi. Dan biasanya saya harus menonton film itu lebih dulu sebelum ditonton olehnya. Takutnya ada konten yang nggak seharusnya dia lihat. Kalau boleh jujur, anak-anak sekarang parah! Ya masak anak kecil nontonnya buat anak SMA. Masih kecil sudah ngomongin pacaran. Nyanyinya juga bukan lagu anak-anak tapi malah lagu cinta-cinta-an anak muda atau malah dangdut koplo pantura berikut goyangannya. Bukan ingin mencari kambing hitam tapi kalau bisa memperbaiki generasi penerus bangsa ini bagian mana yang harus diperbaiki? Industri atau KPI yang harus merumuskan kembali tentang jam tayang atau orang tua yang harus lebih memberikan pengawasan serta pemilahan terhadap tontonan anak-anak mereka. Tontonan yang mendidik sangatlah kurang. Adapun kalau tontonan (sinetron) untuk anak-anak ceritanya terkadang rada kurang logis. Memotivasinya kurang realistis. Ujung-ujungnya yang anak-anak dapat dari menontonnya hanya komedinya saja. Lucunya saja. Semangatnya kurang nempel.

Ambigu

10:59 AM 0 Comments
Saya ambil buku catatan saya. Kemudian saya menuliskan di salah satu halaman kosong di sana:
“USAHA SENDIRI”.
Saya baca, baca, baca, dan baca lagi.
Sampai akhirnya saya merasa...
Kok ini ambigu ya...
Hahaha.