Friday, October 23, 2015

Guru Killer

Pada suatu kesempatan keponakan saya mengeluhkan soal gurunya yang killer. Sebenarnya keponakan saya yang masih duduk di kelas 5 SD itu belum mengerti dengan istilah guru killer. Dia mengertinya kalau gurunya itu pemarah alias galak. Dia bercerita tentang gurunya yang suka memberi tugas terus. Malah tugas kerajinan tangan nggak cuma satu tapi dua. Keponakan saya juga bercerita tentang reaksi dari teman-teman sekelasnya. Dia bercerita kalau teman-temannya beberapa ada yang membantah guru killer ini. Teman-temannya lebih memilih keluar kelas ketika guru killer memberi pilihan untuk itu. Bahkan sebelum keluar kelas mereka bilang “ora urus”. Duh, yang ini nggak sopan ya! Jangan ditiru ya...Gimana dengan keponakan saya? Sesuai dugaan saya, dia nggak berani. Hahaha. Sejengkel-jengkelnya dia, dia nggak akan berani sampai pada titik itu. Keponakan saya mengeluhkan tugasnya yang banyak dan ketika tugasnya itu sudah capek-capek dia kerjakan dinilai jelek oleh guru killernya. Kecewa berat dia. Keponakan saya juga pernah ditegur oleh guru killernya ini. “Kamu di kelas jangan ngalamun!” kata guru killernya. Keponakan saya kemudian menjawab,”saya nggak ngalamun pak, ini saya lagi mikir”. Huahaha. Saya bayangkan keponakan saya yang belajar di bawah guru killer ini ekspresinya pasti lucu. Rada ingin nangis tapi dipaksa-paksain harus berani. Setelah menceritakan semuanya itu saya dan neneknya keponakan saya (mamah saya) memberikan sedikit nasihat ke keponakan saya itu. “Kalau ada tugas tetap harus dikerjakan. Nggak peduli seberapa banyak. Tetap harus dikerjakan sebisanya. Kalau nggak bisa tanya temannya yang paham kan bisa. Nggak boleh nggak sopan ke guru. Seperti apapun guru itu mau galak apa nggak”.

No comments:

Post a Comment