Pada suatu kesempatan
keponakan saya mengeluhkan soal gurunya yang killer. Sebenarnya keponakan saya
yang masih duduk di kelas 5 SD itu belum mengerti dengan istilah guru killer.
Dia mengertinya kalau gurunya itu pemarah alias galak. Dia bercerita tentang
gurunya yang suka memberi tugas terus. Malah tugas kerajinan tangan nggak cuma
satu tapi dua. Keponakan saya juga bercerita tentang reaksi dari teman-teman
sekelasnya. Dia bercerita kalau teman-temannya beberapa ada yang membantah guru
killer ini. Teman-temannya lebih memilih keluar kelas ketika guru killer
memberi pilihan untuk itu. Bahkan sebelum keluar kelas mereka bilang “ora
urus”. Duh, yang ini nggak sopan ya! Jangan ditiru ya...Gimana dengan keponakan
saya? Sesuai dugaan saya, dia nggak berani. Hahaha. Sejengkel-jengkelnya dia,
dia nggak akan berani sampai pada titik itu. Keponakan saya mengeluhkan
tugasnya yang banyak dan ketika tugasnya itu sudah capek-capek dia kerjakan
dinilai jelek oleh guru killernya. Kecewa berat dia. Keponakan saya juga pernah
ditegur oleh guru killernya ini. “Kamu di kelas jangan ngalamun!” kata guru
killernya. Keponakan saya kemudian menjawab,”saya nggak ngalamun pak, ini saya
lagi mikir”. Huahaha. Saya bayangkan keponakan saya yang belajar di bawah guru
killer ini ekspresinya pasti lucu. Rada ingin nangis tapi dipaksa-paksain harus
berani. Setelah menceritakan semuanya itu saya dan neneknya keponakan saya
(mamah saya) memberikan sedikit nasihat ke keponakan saya itu. “Kalau ada tugas
tetap harus dikerjakan. Nggak peduli seberapa banyak. Tetap harus dikerjakan
sebisanya. Kalau nggak bisa tanya temannya yang paham kan bisa. Nggak boleh
nggak sopan ke guru. Seperti apapun guru itu mau galak apa nggak”.
Friday, October 23, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment