Hidup saya random edisi tiba-tiba pengen baca novel Dear
Nathan. Selesai baca novelnya yang tebal itu saya nonton filmnya.
Hehehe. Novelnya sendiri ternyata berawal dari karya di wattpad si
penulis. Di luar dari segala kontroversinya (soal plagiat) saya lebih
ingin bahas sedikit soal karakter utama dalam novel tersebut dan soal filmnya.
Nathan dan Salma |
Karakter
Salma di novel ini menarik perhatian saya. Salma diceritakan sebagai
anak SMA kelas X dengan status anak pindahan dan belum pernah pacaran.
Belum pernah pacaran. Rasanya pengen saya garis bawahi atau saya stabilo
gitu. Hehehe. Jadi, Salma yang belum pernah pacaran ini dikejar sama
bad boy di kelas X yang bernama Nathan. Dia yang tanpa pengalaman
berpacaran itu merasa nggak percaya aja ada anak laki-laki yang ngejar
dia. Dia juga takut karena Nathan yang biarpun ganteng tapi troublemaker
di sekolah. Suka terlambat datang ke sekolah, suka berantem, suka
ngerokok dan lain sebagainya yang sudah pasti melanggar peraturan
sekolah. Tapi, Nathan beneran suka sama Salma.
Saya suka interaksi antara Nathan dan Salma. Lucu aja gitu. Tiap kali Nathan ngegombalin Salma, Salma pasti langsung mengeluarkan jargon andalannya: "Geli". Hahaha. Nathan sampai hafal. "Apaan sih Nath, Geli" kata Salma. Hahahaha.
Saya suka akhirnya Salma mengakui perasaannya lewat surat. Salma yang bilang kalau dirinya itu gadis kaku. Saya pikir ya memang kayak gitulah anak yang belum pernah pacaran. Nggak tahu caranya ngehadepin anak laki-laki. Nggak percaya kalau ada yang nge-pdkt-in dia. Nggak percaya kalau ada yang ngejar dia sampai segitunya. Nggak tahu kalau dikirimi pesan "love you" itu harusnya dibalas "love you too". Hahaha. Buatnya itu semua hal baru dalam hidupnya. Tapi, kalau yang ngedeketin ngejauh, dicariin. Dikiranya marah. Bilang maaf karena mengira sudah bikin salah. Hehehe. Salah tingkah. Salah paham. Kalau di novelnya pas denger dari temannya Salma kalau Salma itu belum pernah pacaran, Nathan sempat merasa kaget juga. “Kenapa gue nggak pernah sadar juga, ya? Pantesan aja dia selalu jaga jarak kalau liat gue. Tiap kali gue deketin, dia kelihatan malu-malu” kata Nathan.
Kalau versi filmnya saya suka ending scene nya. Yang hujan-hujanan dan mengulang pertemuan pertama kali mereka. Pintu gerbang sudah ditutup. Salma telat dan ketemu sama Nathan. "Saya seneng kamu ngomong Aku-Kamu. Berasa kayak orang pacaran beneran" kata Nathan. Sementara itu, Nathan lebih memilih ngomongnya pake kata saya walau sempat dikoreksi oleh Salma. "Aku bukan Saya. Kan kita udah pacaran" kata Salma. Lalu Nathan menjawab "Nggak ah. Saya lebih romantis daripada Aku". Saya juga suka ide handsaplast yang ada di film. Dan itu nggak ada di novelnya. Filmnya sendiri memang nggak 100% sama dengan novelnya.
Di real life, untuk mode "aku-kamu" atau "saya-kamu" kok menurut saya berlaku bergantung suasana hati dan dengan siapa berbicaranya. Tapi, buat orang yang daily default settingnya mode ini rasanya kok nothing special ya. biasa aja. bukan supaya romantis tapi memang lebih kepada supaya sopan. Saya sehari-hari dominan chat sama teman-teman atau kakak-kakak saya itu pakai "Aku-Kamu". So, not must in relationship alias pacaran. Sementara itu saya pakai kata ganti saya kalau buat nulis status atau seperti pas ngeblog juga. Tapi, pernah juga ada teman saya membalasi chat saya dia pakai kata ganti saya. Hahaha. Saya juga sempat bertanya ke diri saya sendiri juga "nggak takut dikira kaku karena berbahasa baku? pakai "saya-kamu" atau "aku-kamu"?" Hmm… Ya biarpun begitu, kadang emang sedikit merasa aneh dan takut ada yang baper karena saya juga. Tapi, sesungguhnya saya nggak ada maksud apa-apa selain hanya ingin sopan saja.
Selasa, 13 Februari 2018
01:35
Saya suka interaksi antara Nathan dan Salma. Lucu aja gitu. Tiap kali Nathan ngegombalin Salma, Salma pasti langsung mengeluarkan jargon andalannya: "Geli". Hahaha. Nathan sampai hafal. "Apaan sih Nath, Geli" kata Salma. Hahahaha.
Saya suka akhirnya Salma mengakui perasaannya lewat surat. Salma yang bilang kalau dirinya itu gadis kaku. Saya pikir ya memang kayak gitulah anak yang belum pernah pacaran. Nggak tahu caranya ngehadepin anak laki-laki. Nggak percaya kalau ada yang nge-pdkt-in dia. Nggak percaya kalau ada yang ngejar dia sampai segitunya. Nggak tahu kalau dikirimi pesan "love you" itu harusnya dibalas "love you too". Hahaha. Buatnya itu semua hal baru dalam hidupnya. Tapi, kalau yang ngedeketin ngejauh, dicariin. Dikiranya marah. Bilang maaf karena mengira sudah bikin salah. Hehehe. Salah tingkah. Salah paham. Kalau di novelnya pas denger dari temannya Salma kalau Salma itu belum pernah pacaran, Nathan sempat merasa kaget juga. “Kenapa gue nggak pernah sadar juga, ya? Pantesan aja dia selalu jaga jarak kalau liat gue. Tiap kali gue deketin, dia kelihatan malu-malu” kata Nathan.
Kalau versi filmnya saya suka ending scene nya. Yang hujan-hujanan dan mengulang pertemuan pertama kali mereka. Pintu gerbang sudah ditutup. Salma telat dan ketemu sama Nathan. "Saya seneng kamu ngomong Aku-Kamu. Berasa kayak orang pacaran beneran" kata Nathan. Sementara itu, Nathan lebih memilih ngomongnya pake kata saya walau sempat dikoreksi oleh Salma. "Aku bukan Saya. Kan kita udah pacaran" kata Salma. Lalu Nathan menjawab "Nggak ah. Saya lebih romantis daripada Aku". Saya juga suka ide handsaplast yang ada di film. Dan itu nggak ada di novelnya. Filmnya sendiri memang nggak 100% sama dengan novelnya.
Di real life, untuk mode "aku-kamu" atau "saya-kamu" kok menurut saya berlaku bergantung suasana hati dan dengan siapa berbicaranya. Tapi, buat orang yang daily default settingnya mode ini rasanya kok nothing special ya. biasa aja. bukan supaya romantis tapi memang lebih kepada supaya sopan. Saya sehari-hari dominan chat sama teman-teman atau kakak-kakak saya itu pakai "Aku-Kamu". So, not must in relationship alias pacaran. Sementara itu saya pakai kata ganti saya kalau buat nulis status atau seperti pas ngeblog juga. Tapi, pernah juga ada teman saya membalasi chat saya dia pakai kata ganti saya. Hahaha. Saya juga sempat bertanya ke diri saya sendiri juga "nggak takut dikira kaku karena berbahasa baku? pakai "saya-kamu" atau "aku-kamu"?" Hmm… Ya biarpun begitu, kadang emang sedikit merasa aneh dan takut ada yang baper karena saya juga. Tapi, sesungguhnya saya nggak ada maksud apa-apa selain hanya ingin sopan saja.
Selasa, 13 Februari 2018
01:35
No comments:
Post a Comment