Ketika saya main ke salah satu
forum yang saya ikuti, saya menemukan sesuatu yang menarik dari pemikiran salah
seorang member forum disana. Saya ikut terlibat dalam diskusi yang membahas
sebuah judul drama korea yang saat ini sedang booming disana karena ratingnya
yang sungguh sangat tinggi semenjak tayangan perdananya. Ceritanya pun membuat
penasaran dan menarik untuk diikuti. Drama itu berjudul “Yong Pal” yang
diperankan oleh Joo Won dan Kim Tae Hee
sebagai pemeran utamanya.
Well, balik lagi mengenai apa yang sudah menarik perhatian saya di forum itu adalah seseorang menuliskan tanggapan dari beberapa member yang resah karena love line di drama “Yong Pal” ini begitu cepat atau tiba-tiba. Iya juga sih... pikir saya. Lalu dia mencoba menjelaskan kalau drama ini sedikit berbeda dengan tipikal-tipikal drama korea yang biasanya. Drama “Yong Pal” lebih banyak "showing us" daripada "telling us" , dan mungkin juga dikarenakan penulisnya adalah seorang laki-laki. Jadi, maksudnya “telling us” adalah penulis menjelaskan secara gamblang apa yang ada di dalam pikiran lead male/female kalau mereka sedang saling jatuh cinta. Sementara “showing us” adalah penulis lebih mengajak penonton untuk menganalisa sendiri apa yang terjadi lewat petunjuk yang ada di adegan-adegan. Bagi sebagian orang ini mungkin dirasa menyebalkan, karena metode "showing us" ini berarti pemotongan besar-besaranan terhadap line so sweet, cheesy, romantic, heart-fluttering, yang bisa bikin penonton deg-deg-an, senyam senyum sendiri dan ikut tersipu malu. Tapi bagi sebagian orang lagi metode ini lebih exciting dan brilliant. Sebagai penonton, kita dibuat memperhatikan dan menghargai setiap detail adegan, line, dan ekspresi pemain.
Saya jadi mikir kalau ini persoalan gender hingga ada perbedaan gaya penceritaan mungkin ada benarnya juga. Penulis yang perempuan mungkin akan lebih suka kalau jatuh cinta itu ya perasaannya ditunjukkan secara nyata seperti terus saja memikirkan yang dicinta sampai rasanya mau gila. Tapi, kalau penulis yang laki-laki mungkin tidak akan mudah untuk membuatnya menunjukkan orang yang jatuh cinta harus sebegitu gilanya. Saya tidak tahu apa contoh yang akan saya ambil ini sesuai apa tidak, tapi coba ambil contoh dari real love couple in the real world, perempuannya pasti yang akan lebih merasa untuk ingin menunjukkan kalau mereka itu pasangan yang romantis atau pasangan yang bahagia. Sementara laki-lakinya akan merasa kalau yang seperti itu agak berlebihan dan lebih suka menjalani hubungan yang hanya mereka berdua yang tahu tanpa perlu menunjukkan kepada dunia kalau mereka adalah pasangan yang bahagia di dunia ini. Benar tidak sih?
Jum’at, 18 September 2015
05:08
Well, balik lagi mengenai apa yang sudah menarik perhatian saya di forum itu adalah seseorang menuliskan tanggapan dari beberapa member yang resah karena love line di drama “Yong Pal” ini begitu cepat atau tiba-tiba. Iya juga sih... pikir saya. Lalu dia mencoba menjelaskan kalau drama ini sedikit berbeda dengan tipikal-tipikal drama korea yang biasanya. Drama “Yong Pal” lebih banyak "showing us" daripada "telling us" , dan mungkin juga dikarenakan penulisnya adalah seorang laki-laki. Jadi, maksudnya “telling us” adalah penulis menjelaskan secara gamblang apa yang ada di dalam pikiran lead male/female kalau mereka sedang saling jatuh cinta. Sementara “showing us” adalah penulis lebih mengajak penonton untuk menganalisa sendiri apa yang terjadi lewat petunjuk yang ada di adegan-adegan. Bagi sebagian orang ini mungkin dirasa menyebalkan, karena metode "showing us" ini berarti pemotongan besar-besaranan terhadap line so sweet, cheesy, romantic, heart-fluttering, yang bisa bikin penonton deg-deg-an, senyam senyum sendiri dan ikut tersipu malu. Tapi bagi sebagian orang lagi metode ini lebih exciting dan brilliant. Sebagai penonton, kita dibuat memperhatikan dan menghargai setiap detail adegan, line, dan ekspresi pemain.
Saya jadi mikir kalau ini persoalan gender hingga ada perbedaan gaya penceritaan mungkin ada benarnya juga. Penulis yang perempuan mungkin akan lebih suka kalau jatuh cinta itu ya perasaannya ditunjukkan secara nyata seperti terus saja memikirkan yang dicinta sampai rasanya mau gila. Tapi, kalau penulis yang laki-laki mungkin tidak akan mudah untuk membuatnya menunjukkan orang yang jatuh cinta harus sebegitu gilanya. Saya tidak tahu apa contoh yang akan saya ambil ini sesuai apa tidak, tapi coba ambil contoh dari real love couple in the real world, perempuannya pasti yang akan lebih merasa untuk ingin menunjukkan kalau mereka itu pasangan yang romantis atau pasangan yang bahagia. Sementara laki-lakinya akan merasa kalau yang seperti itu agak berlebihan dan lebih suka menjalani hubungan yang hanya mereka berdua yang tahu tanpa perlu menunjukkan kepada dunia kalau mereka adalah pasangan yang bahagia di dunia ini. Benar tidak sih?
Jum’at, 18 September 2015
05:08
No comments:
Post a Comment