Mama selalu memuji kakak-kakak di depan saya. Dan
saya cuma bisa bilang ke diri saya “Kenapa saya harus melihat ini? Kenapa saya
harus tahu ini?”.
Sebaliknya, di depan kakak-kakak mama memarahi saya.
Membuat saya malu dan terlihat sangat bodoh dan tidak berguna. Saya cuma bisa
menangis dalam hati dan bilang “Why mom? Why?”.
Sebenarnya mama juga memuji saya. Tapi, ketika hanya
ada kami berdua saja. Dan itu membuat saya merasa aneh mendengarnya. Aneh
karena saya merasa nggak enak dengan kakak-kakak saya.
Sejujurnya, saya nggak pernah merasa kalau saya
pernah membanggakan orang tua saya. Gimana ya... saya merasa seperti mereka
sudah menerimanya dari kakak-kakak. Jadi, apa yang saya lakukan itu seperti
nothing special. Contohnya jadi juara kelas ketika masih sekolah, kakak-kakak
juga sudah memberikan kebanggaan itu ke orang tua kami. Jadi untuk apa yang
sudah saya raih itu mereka akan merasa biasa saja. Karena mereka sudah
mendapatkan itu sebelumnya dari kakak-kakak.
Mempunyai kakak-kakak sebenarnya ada baiknya juga.
Mereka bisa jadi pemacu kita untuk melakukan sesuatu. Ya seperti menyulut jiwa
kompetitif kita. Kita nggak mau merasa kalah dari kakak. Tapi, tetap saja
ending nya kakak selalu terlihat hebat dan adik terlihat seperti “loser”. Saya
pernah dengar bercanda seperti ini: “Anak terakhir itu kebagian sisa-sisa. Entah
itu dari segi tampang atau otak”. Terdengar agak kasar ya? Tapi, saya percaya
nggak semuanya terjadi seperti itu.
No comments:
Post a Comment