Thursday, February 9, 2017

A Man and A Woman

Sebenarnya ragu-ragu mau nonton ini. Bahkan udah download-hapus, download-hapus sampai 3 kali. Hahaha. Tapi, akhirnya setelah lolos sensor saya, bisa enjoy deh nonton. Jadi kalau ada yang nanya "kan filmnya ada adegan 'itu' nya" saya jawab "file film yang saya tonton nggak ada kok. Hahaha".Yang jelas durasi file film punya saya beda aja gitu.
Sebenarnya bukan film dengan tema yang saya sukai. Hahaha. Habis film ini tentang affair gitu, perselingkuhan. Tapi, saya sendiri bisa bilang kalau film ini bagus. Film ini diperankan oleh Gong Yoo sebagai Kim Ki Hong dan Joen Do Yeon sebagai Sang Min. Keduanya punya anak yang spesial/berbeda. Mereka bertemu di Finlandia sewaktu mengantar anak mereka buat acara sekolahnya. Sang Min yang khawatir dengan anaknya ingin mengikuti anaknya ke acara itu. Ki Hong pun akhirnya menawarkan diri untuk mengantar Sang Min ke tempat acara itu. Tapi, di tengah perjalanan ternyata mereka terhambat oleh cuaca yang membuat mereka harus menginap bersama. Kurang lebih begitulah awal cerita mereka berdua bertemu.
Selepas dari Finlandia, mereka berdua kembali ke Korea. Di Korea mereka bertemu lagi dan masih punya rasa satu sama lain. Mereka pun akhirnya menjalin hubungan. Sampai pada suatu titik Sang Min merasa kecewa dengan Ki Hong. Sang Min pun minta putus. Ki Hong nya nggak mau. Tapi, di sisi lain juga Ki Hong mulai memikirkan keluarganya juga (anak dan istrinya). Jadi, pas mereka baikan Ki Hong nya kayak ngode "Tampaknya setiap kita bertemu kita sedang berpergian. Tidak kah kita perlu kembali? Aku tidak bercanda". Dan begitulah akhirnya, walaupun mereka masih ada perasaan satu sama lain mereka pada akhirnya tidak berhubungan lagi. Sampai setelah waktu berlalu, mereka saling melihat keberadaan mereka satu sama lain di Finlandia. Sang Min ingin menemui Ki Hong tapi, dia sedang bersama putrinya. Pun, begitu juga ketika Ki Hong seperti melihat sosok Sang Min, dia ingin mengejarnya. Tapi, tidak bisa. Saat itu dia melihat wajah putrinya yang tadi dia tinggal berlari sebentar untuk mengejar Sang Min. Pas di jalan, mobil yang dikendarai Ki Hong melewati taxi yang dinaiki Sang Min. Ki Hong cuma bisa melihatnya lewat kaca spion.
Om Gong Yoo beneran bermain bagus disini. Ekspresi sedihnya, ekspresi depresinya, ekspresi falling in love nya juara deh.



Dan duh itu yang part pas Ki Hong nungguin Sang Min sampai tidur di mobil terus paginya dihampiri Sang Min dan dibangunin, rasanya pengen bilang: "berantakan banget sih kamu". Ekspresinya om Gong Yoo pas part itu kayak minta disayang banget. Gimana nggak? Muka berantakan tapi tetap bisa ngomong dengan pandangan mata dan senyum kayak gitu. 
his gaze 
Part lain yang saya suka itu yang pas mereka di kereta menuju Busan (ini malah kayak judul film om Gong Yoo ya...Train to Busan... Hahaha. Cuma pas mereka di kereta nggak bakalan ada zombie kok). Sang Min mau nelpon Ki Hong, eh ternyata Ki Hong nya duduk di sebelah Sang Min. Jadi dia nggak langsung pulang habis nganter Sang Min ke stasiun tapi malah ikut juga naik kereta.


Oiya, ada part yang bikin saya merenung. Sebenarnya kasihan sama karakter om Gong Yoo disini, cuma affair juga nggak benar juga. Hehehe. Pas istrinya Ki Hong collapse dan masuk rumah sakit, ibu mertua nya bilang ke Ki Hong “Dia (istrinya Ki Hong) menikah terlalu muda dan terlalu bergantungmu. Dia tidak pernah bisa dewasa”. 
Istrinya ini mentalnya masih labil. Terus putri mereka juga special/berbeda. Pasti berat banget buat Ki Hong ngurusin mereka berdua. Istrinya juga menjelang penghujung film bilang ke Ki Hong “Aku butuh seorang pria yang mencintaiku sebagai seorang wanita. Aku tidak ingin seorang wali. Tapi denganmu aku seperti seorang pasien. Aku tahu aku agak aneh dan kamu ada di sisiku. Pikiran itu datang begitu saja. Apa aku pernah memahami suamiku? Pastinya sangat sulit bagi dirinya. Dia pasti sangat kesepian”
Dia sadar kalau Ki Hong pasti kesepian. Duh, menikah emang buat dua orang yang sudah matang secara emosional, yang sudah benar-benar dewasa dalam pemikiran. Kalau nggak kasihan pasangannya. Jadinya seperti membebani pasangannya.
Di real life kadang saya merasa sedikit heran. Pasalnya yang begitulah, misalkan ada keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Tapi, yang berjalan justru seperti di keluarga itu ibu, big baby (not adult people as a husband or daddy) and little baby (anaknya). Hehehe. Ibu seperti ngurus dua anak. Atau sebaliknya kalau yang kekanak-kanakan itu istrinya kasihan juga si suami/ayah. Paling kasihan anaknya sih… dia masih anak-anak dan butuh pendidikan dari orang tuanya. Kalau ibunya kekanak-kanakan sementara pendidikan dari ayah tentu akan berbeda dari cara seorang ibu mendidik anaknya.

No comments:

Post a Comment