Sabtu malam 16 April 2017, saya habis berkumpul
dengan dua orang teman SMA saya. Salah satunya akan menikah pada tanggal 23
April 2017. Jadi, anggap saja saya menghabiskan waktu bersama dengan orang yang
sebentar lagi masa single life nya akan segera berakhir. Hehehe. Berbagi
ceritalah teman saya yang mau menikah ini tentang persiapan menikahnya serta kisah
pertemuannya dengan calon suaminya
Menikah memang bukan hanya soal dua
orang saja. Ada wali nikah dan saksi-saksi juga yang dilibatkan. Hehehe. Teman
saya bercerita tentang proses pengurusan pernikahan. Dia diminta datang ke KUA
dan dia datang bersama dengan orang-orang yang nantinya akan terlibat dalam prosesi
pernikahan. Maksud saya ya itu tadi wali nikah dan saksi-saksi serta calon
suaminya tentunya. Biaya administrasi pernikahan ternyata lumayan mahal juga
ya. Teman saya yang satunya malah mengira kalau semua itu gratis tanpa ada
biaya yang harus dikeluarkan. Hehehe. Dan saya jadi tahu juga peran modin desa
itu selain bantu-bantu kalau ada warga yang meninggal dunia ternyata turut
bantu warga yang mau menikah.
Di KUA dia seperti verifikasi data dari
berkas-berkas yang sudah dia kumpulkan sewaktu mendaftarkan pernikahannya. Bersama
dengan pasangan lain yang mau menikah juga, teman saya mendapatkan bimbingan
pra nikah. Saya sudah pernah mendengar sih kalau orang yang mau menikah
biasanya diminta ikut di bimbingan pra nikah gitu. Diceramahi tentang
pernikahan dan hidup berumah tangga. Dia bercerita kalau jawaban setiap orang
yang ditanya apa tujuan menikah itu beda-beda. Ada yang memandang pernikahan
hanya dari segi kehidupan keduniaan tapi ada juga yang menjawabnya dari sisi
keagamaan juga. Sebagai orang yang belum berpikiran untuk menikah tentu ini
bisa menjadi bahan pemikiran saya juga untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
"Apa tujuan menikah?".
Sebelum menikah, teman saya juga
mengikuti tes kesehatan. Saya pikir tes ini selain untuk mengetahui kesehatan ya
untuk mengetahui apa calon pengantin wanitanya itu hamil atau nggak Karena dalam islam menikah dalam keadaan
hamil nggak diperbolehkan.
Teman saya juga bercerita tentang repotnya
mengurus persiapan pernikahannya seperti undangan, catering, tata rias, busana
pernikahan, dekorasi, souvenir, sampai dokumentasi. Dan semua itu menghabiskan
biaya banyak banget. Berjuta-juta. Yang bikin mahal memang resepsi ya.. Pantas
orang-orang single pada kerja buat nabung biaya pernikahan.
Kalau tentang kisah
pertemuanya dengan calon suaminya, teman saya ini nggak melalui pacaran yang panjang. Jadi calon suaminya ini merupakan temannya teman KKNnya. Dari BBM-an kemudian calon suaminya langsung berniat serius untuk mencari pendamping hidup. Jadi, ketika calon suaminya dtang berkunjung ke rumahnya dia sudah minta untuk dipertemukan dengan ibu dari teman saya itu. Calon suaminya berusia lebih muda dari teman saya dan dia lumayan tinggi juga, 178 cm. Entah kenapa ya... teman-teman saya sebelum mau menikah pasti pada galau seperti mendadak bimbang dan nggak yakin dengan pilihannya juga. Teman saya ini pernah bercerita kalau dalam masa pendekatan itu calon suaminya suka sharing hadits-hadits dan ayat-ayat. Agamis gitulah alim. Entah itu beneran dirinya memang alim atau sekedar pencitraan. Ya kadang kan gitu ya... sebelum nikah dan setelah nikah bedda. Ketahuan aslinya seperti apa kalau setelah nikah. Berusaha tetap khuznudon ajalah semoga dia benar-benar baik dan alim. Saya juga bingung dengan teman-teman saya yang setelah menikah malah jadi LDR-an. Ketemu cuma pas weekend.
Semoga Sakinah Mawaddah dan Warahmah
ya...
Langgeng sampai maut memisahkan...
dan semoga cepat diberi momongan.
Aamiin.
No comments:
Post a Comment