Tuesday, June 14, 2016

Buta Arah

Sepertinya saya buta arah. Setelah saya cari tahu di internet kebanyakan buta arah memang dialami oleh perempuan. Saya mulai merasa bermasalah dengan arah mata angin itu ketika SMP, tepatnya sewaktu ekstrakulikuler Pramuka. Kalau secara teori menggambar arah mata angin saya mengerti tapi kalau sudah dipraktekan saya bingung. Saya bingung menentukan dimana timur, barat, selatan, utara dari tempat saya berdiri. Belum lagi orang yang menjelaskan tentang arah ke kita juga belum tentu berdiri menghadap sama dengan kita kan? Saya tahunya cuma kanan-kiri-depan-belakang.
Di SMP dulu juga sering ketika pelajaran teori olahraga, pembelajaran dilakukan di luar sekolahan. Siswa diminta berjalan di sekitar sekolahan (tidak begitu jauh dari sekolahan) kemudian setelah kembali ke sekolah siswa diminta untuk menggambar denah rute tadi. Ini juga saya bingung. Hahaha. Mending saya dampingi orangnya langsung saja deh daripada nunjukin arah dimana tempat yang mau dituju. Belum lagi, saya hidup di jawa tengah.. orang-orang jawa lebih sering memakai arah mata angin dalam bahasa jawa yaitu wetan, kulon, lor, kidul. Saya semakin nggak paham. Saya biasanya pakai ilmu hafalan. Ya itu kalau untuk yang biasa digunakan sehari-hari, misalnya posisi barang-barang di rumah. Saya juga suka bingung kalau ada yang nanya dimana rumah saya. Biasanya saya jawab dekat dengan Rumah Sakit ini (karena rumah saya memang dekat dengan Rumah Sakit), Gang sebelum Rumah Sakit. Kalau saya tanya posisi orang atau lokasi suatu tempat ke orang dan orang itu memberikan arahan dengan arah mata angin saya palingan tanya lagi dekat ini? (merujuk ke suatu jalan atau tempat) atau pakai kanan-kiri-depan-belakang yang saya pahami. Hehehe. Kalau untuk arah kiblat misalnya lagi di rumah teman gitu, saya biasanya melihat ke musholla atau masjid di sekitar sana saya ingat-ingat menghadapnya kemana sholatnya atau biasanya langsung tanya saja sih kiblatnya menghadap kemana.


Kalau ketika di SMA, saya sempat kesulitan juga ketika harus mempraktekan menari di depan kelas sewaktu pelajaran kesenian. Saya bingung gara-gara arahnya jadi berlawanan. Kalau sudah begitu kanan-kiri nya kan jadi beda. Jadi sewaktu praktek ditunjuk guru itu menarinya jadi menghadap ke teman-teman bukan seperti ketika latihan bersama yang membelakangi teman. Padahal aslinya saya bisa dan hafal gerakan tarinya. Cuma gara-gara arah jadi berantakan. Hahaha.

Kalau ketika kuliah saya malah pernah nyasar ke kampus sendiri. Gara-garanya sih karena lewat jalan yang nggak biasa dilewati saja, meskipun sebenarnya tahu juga jalan itu. Jadi saya salah ambil jalan setelah berhenti di jalan karena lampu lalu lintas merah. Jalannya sebenarnya itu perlimaan, makanya bikin saya bingung. Hahaha. Kalau jalan yang sudah sering dilewati sih harus memang nggak bakalan nyasar, tapi kalau jalan yang baru sekali dilewati atau mungkin pernah lewat sana tapi kemudian dalam jangka beberapa lama nggak pernah lewat sana lagi jadi lupa deh. Berpotensi tinggi nyasar.

Selain kesulitan menentukan arah mata angin saya juga kesulitan menghafal nama orang. Saya pernah menulis kalau kalian yang mengenal saya atau pernah bertemu dengan saya kemudian bertemu saya lagi dan saya bersikap seolah nggak mau nyapa atau nggak mengenali gitu, itu bukan karena sombong tapi karena saya lupa. Saya bukan tipe yang langsung bisa mengenali orang (tahu wajahnya dan namanya). Perlu waktu cukup lama untuk itu. Misalnya kalau pernah jadi teman sekelas itu saya Insya Allah masih tahu nama dan wajahnya (kecuali setelah beberapa tahun lamanya nggak bertemu), saya nggak yakin karena sepertinya setelah beberapa tahun wajah orang itu berubah. Kalau teman seangkatan mungkin beberapa ada yang masih bisa kenali orangnya dari wajahnya tapi saya nggak tahu namanya, ada juga yang nggak bisa mengenali baik wajah dan namanya. Kalau teman sekelas kan pasti lebih sering bertemu disbanding dengan teman seangkatan yang beda kelas.

Ya begitulah, punya kelebihan membuat hidup kita lebih mudah. Sebaliknya punya kelemahan membuat hidup kita mengalami kesulitan. Hehehe. Tapi, kalau mau berusaha kesulitan itu juga bisa diatasi. Diakal-akalin sajalah cari cara mudahnya untuk bisa membantu meminimalisir kelamahan diri.

3 comments:

  1. Saya baca tadi di tanya jawab bersama dokter . Katanya ada gangguan ingatan dan bisa jadi demensia kak. Saya juga sulit menentukan arah . Misalnya saya masuk ke suatu gedung yang didepan gedung itu ada sebuah mesjid, lalu saya ditanya dimana arah mesjid tersebut, saya pasti akan sangat bingung karna tidak bisa menunjukkan dari arah mana saya masuk dan di mana arah mesjid tersebut. Saya juga sering salah mengurutkan tempat. Saya hanya ingat diJalan tersebut ada bangunan A dan ada bangunan B. Tapi saya tidak bisa menentukan apakah bangunan A sesudah bangunan B atau sebaliknya .

    ReplyDelete
  2. Saya juga begitu.. padahal kalau disuruh membayangkan secara 3D sebuah gedung atau sebuah kota bisa.. tapi kalau ditanya bagaimana jalannya utk menuju ke sebuah tempat, saya ga bs.. langsung ruwet gitu.. yg saya ingat suasananya, dan detail2 ga penting kyk letak pohon, letak lampu lalu lintas.. jadi saya sering tersesat.. perlu nyasar 3x utk menghapal jalannya.. aslinya saya ga rela dibilang sakit dementia.. wkwkwk

    ReplyDelete
  3. Saya juga seperti itu sejak saya SMP, sekarang saya SMK kelas 2. Saya sangat sangat susah menghafal arah. Hal yg membuat saya kesusahan dan sebal adalah saat berkendara ke tempat sesuatu yg belum pernah saya ke sana. Harus ada orang yg menemani saya. Apalagi saat saya waktu perjalanan pulang. Suka deg2an dan buat saya trauma. Saya capek bgt kayak gini. Smk ini saya sudah berusaha keras. Sama dengan teknik kakak yg dengan cara menghafal arah. Tp bagaimanapun itu masih susah buat saya. Semoga kalian bisa dan berusahalah dengan pelan2, saya juga sedang proses. Semangat! :3

    ReplyDelete